Bagaimana Cara Freemason Menghancurkan Akidah Islam?
Dalam aksinya, Gerakan
Freemasonry mempunyai taktik dan strategi bertahap dengan target menghancurkan
atau minimal memandulkan peran agama-agama. Dalam hal ini, Islam adalah agama
yang menjadi sasaran utama untuk dihancurkan.
Pada awal gerakannya, cara
mengajak gerakan ini dengan sikap bersahabat. Mereka tidak pernah mau
menyinggung persoalan agama. Kemudian pada tahap kedua, gerakan mulai beraksi
mereka mulai menerbitkan buku-buku, selebaran, buletin, atau majalah, yang
memuat tentang uraian pertumbuhan agama-agama. Uraian yang disajikan bersifat
dan seolah-olah ilmiah dengan tujuan menyesatkan. Misalnya, mereka akan
mengatakan bahwa semua agama itu sama. Atau, agama itu hanyalah alat untuk
memperbaiki akhlak masyarakat. Atau, mereka sebutkan bahwa agama hanyalah
kepercayaan yang merupakan bagian dari budaya suatu bangsa.
Dalam aksi menguraikan
ajarannya itu, gerakan Freemasonry ini mempergunakan bentuk-bentuk yayasan, lembaga,
organisasi massa yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Mereka
menggelarkannya di berbagai club, balai pertemuan ilmiah, balai pemuda,
sehingga pengaruh dan ide-ide gerakan Freemasonry dapat tertanam pada jiwa-jiwa
para pemuda dan orang-orang yang tanggung memahami agamanya. Tujuannya adalah
agar muncul keragu-raguan, salah paham, bahkan sampai ke tingkat membenci agama
Islam.
Suara-suara Sumbang
Dalam sebuah majalah “Kabana,”
sebuah majalah yang sengaja diterbitkan secara gelap oleh gerakan Freemasonry
dan sengaja diterbitkan sebagai corong ide-ide gerakan Yahudi dan terbit dalam
“Membedakan-bedakan agama adalah termasuk prilaku berfikir yang
terbelakang.”
Pimpinan pemuda yang
seharusnya menjadi panutan itu lebih jauh mengatakan bahwa agama itu hanyalah
bagian dari hasil permikiran seseorang. Ia juga menyebutkan bahwa semua agama
itu sama baiknya ia juga menyebutkan bahwa setiap bangsa memiliki agama asli
yang tumbuh dari bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, katanya, galilah kembali
ajaran asli itu dan marilah kita lestarikan kebudayaan nenek moyang yang luhur.
Sebab ia merupakan kewajiban bagi setiap pemuda.
Untuk lebih meyakinkan kita
bahwa betapa gerakan Freemasonry tersebut sangat membenci Islam atau
agama-agama lain, ada baiknya dikutip beberapa pernyataan yang keluar dari
terbitan-terbitan maupun perkataan-perkataan dari mereka:
1). Islam itu membawa seseorang mencinta kepada seorang tokoh asing
dan cinta kepada Makkah-Madinah, sedangkan Nashrani membawa seseorang cinta
terhadap tokoh asing pula, cinta kepada Roma dan adat istadatnya. Padahal, kita
sesungguhnya telah memiliki kepercayaan sendiri yang yang mungkin lebih baik
jika kita gali sendiri. Sebab, memeluk ajaran (agama) asing itu hanya akan
membawa kecintaan kepada negeri diatas angin dan mengokohkan penjajahan fisik,
ideologi dan agama.
2). Agama itu adalah hasil ciptaan seseorang yang berakal genius yang
tujuannya untuk mengubah moral agama lama kepada agama baru hasil ciptaannya
itu. Dengan demikian, agama merupakan kebudayaan, yang tidak terlepas dari
kultur yang satu dengan kultur yang lain.
3). Culture is that complex whole which includes knowledge, belief,
art, moral law, custom and other capabilities and habits, acquired by man as a
member of society.
4). Sesungguhnya semua agama itu sama. Sebab, ia merupakan moralnya
sendiri. Moral semata yang adakalanya bertentangan dengan moralnya sendiri.
Agama juga adalah sebuah dogma kultural yang adakalanya dapat memecahbelahkan
keluarga atau bangsa itu sendiri, sehingga, kerukunan menjadi runtuh. Oleh
karena itu, kewajiban seorang Freemasonry adalah menyadarkan mereka dan
membebaskannya dari kekangan agama. Bahkan, bagi perjuangan untuk kemajuan,
pembangunan sebuah negara, maka penganut agama yang fanatik itu adalah
penghalang utama untuk maksud-maksud tersebut.
Orang Islam yang mengkafirkan penganut agama lain, menyuruh mempunyai
anak yang banyak, mengajarkan perang (Jihad) terhadap agama lain, membedakan
pola waris bagi lelaki lebih banyak daripada perempuan, merampas harta orang
kafir, dan sebagainya, jika kita renungkan maka ia cukup menjadi bom waktu bagi
penguasa. Oleh karena itu, umat Islam jangan dibiarkan bergerak dalam
organisasi-organisasi yang kuat. Juga, waspadalah wahai penguasa pemerintahan
di seluruh dunia Islam. Juga wahai para Freemasonry seluruh dunia, bersatulah
menghadapi Islam
5). Kalau benar bahwa Tuhan itu adil, mengapa berat sebelah dengan
hanya memilih Islam saja. Bukankah agama itu banyak? Dengan demikian, agama itu
bukanlah hasil ciptaan Tuhan melainkan hasil evolusi pemikiran manusia.
6). Jangan biarkan orang-orang Islam bergerak. Sebab, (kalau
dibiarkan) mereka akan membangkitkan kembali kerajaan Arakan.
7). Khieu Sampan, seorang pemuka Komunis Kamboja, terkenal sebagai
jagal manusia, memperingatkan kepada orang-orang Komunis agar jangan belas
kasihan kepada penduduk Kompong Cham. Sebab, penduduk daerah tersebut beragama
Islam, yang kalau dibiarkan dapat membahayakan Komunisme. Jangan biarkan orang
Islam tersebut bergerak!
8). Bangsa Indonesia, terutama kalangan intelektualnya, janganlah
diracuni oleh ideologi asing, baik itu Komunisme, Kapitalisme, maupun apa yang
dinamakan ideologi umat Islam.
9). Tokoh-tokoh muda yang berasal dari Indonesia, semisal Ir. Sarwono
Kusumaatmaja dan Dr. Nurkholis Majid adalah nama-nama yang dicantumkan di dalam
majalah Kabana Nomor 61. Tokoh-tokoh ini dianggap sebagai pahlawan karena berjasa
turut serta menghancurkan ideologi Islam. Sarwono, misalnya, dalam sebuah media
massa menyebutkan hal-hal yang merendahkan agama, terutama Islam. Di sana ia
dengan sinis dan antipati terhadap organisasi-organisasi yang berasaskan Islam.
Misalnya, ia mengucapkan: “Kalau menginginkan adanya organisasi agama, mengapa
mereka (orang Islam) hanya menghimpun satu agama saja. Karena itu,
organisasi-organisasi politik dan sosial janganlah diwarnai dengan faham
agama....
Sedangkan Nurkholis Majid oleh Gerakan Freemasonry dianggap pahlawan
karena kegiatan dan kegigihannya untuk mensekulerkan umat Islam di Indonesia. “Kita
harus menganggap mereka (Sarwono dan Nurkholis Majid) sebagai pahlawan
Freemasonry. Karena itu, pada dada mereka pantas disematkan Bintang Daud
(lambang Yahudi) kepada kedua tokoh tersebut
10). Sebuah buku terbitan Depdikbud, yaitu buku Antropologi dan yang
sejenis, disebutkan bahwa agama adalah merupakan bagian dari kebudayaan. Selain
itu, di dalam buku-buku Pendidikan Moral Pancasila, pemahaman anak didik
terhadap agama sengaja diambangkan. Ini sejalan dengan rencana dari Gerakan
Freemasonry yang menginginkan agar sedikit demi sedikit ajaran agama itu
dikikis dari umat Islam. Gerakan ini mengharapkan agar anak-anak didik tersebut
menjadi seorang “Plotis” (mengambang pemahaman agamanya) yang pada hakikatnya
keadaan tersebut sama saja seseorang itu tidak memegang sebuah keyakinan agama.
Contohnya, di dalam buku “Kebudayaan dan Konstitusi” terbitan Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), di sana disebutkan:
“Jadi, yang termasuk ke dalam kategori kultur (budaya) itu adalah:
Agama, kesenian, kesusasteraan, moral, ciia-cita dan aspek-aspek emosional”.
11). Dr. Mohammad Hatta, seorang Nasionalis, negarawan Indonesia dan
penulis beberapa buku, juga mengatakan:
“Kebudayaan itu adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Kebudayaan itu
banyak sekali ragamnya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah agama itu
merupakan ciptaan manusia atau tidak. Namun bagi saya, keduanya bukan menjadi
soal. Agama adalah sebuah kebudayaan karena dengan agama manusia dapat hidup
dengan senang. Oleh sebab itu, saya katakan bahwa agama adalah bagian dari
kebudayaan.
12). Seorang tokoh gigih Freemasonry Singapura bernama Mr. Chen W.
mengatakan bahwa agama itu adalah penghalang bagi pembangunan.
“Sebenarnya, agama yang hanya sebatas tradisi adat belaka, ia bukan
apa-apa (tidak berbahaya). Tetapi agama yang berlandaskan ideologi (misalnya
Islam), maka ia jelas sangat berbahaya dan merupakan ekstrim kanan, ia lebih
berbahaya dibandingkan dengan sosialisme Bolshevik Soviet.”
Demikianlah jenis-jenis
pandangan Gerakan Freemasonry yang ditunjukkan melalui perkataan dan tindakan
anggota-anggota maupun para simpatisannya. Kita juga dapat menarik kesimpulan
bahwa antara Gerakan Freemasonry dengan Komunisme memang ada titik persamaan
dalam memandang masalah agama. Sebab, kelahiran Komunisme itu dibidani oleh
Gerakan Yahudi Freemasonry yang ada di Soviet ketika itu. Bahkan, Karl Marx dan
Lenin sendiri adalah warga Soviet keturunan Yahudi dan anggota Gerakan
Freemasonry. Pecahnya Revolusi Bolshevik itu sendiri erat kaitannya dalam
kerangka menghancurkan Kekhilafahan Islam Utsmani yang berada di Turki.
Selain itu, Gerakan
Freemasonry telah diketahui sebagai pandu bagi imperialisme. Merekalah yang
mempelopori penjajahan Inggris di Birma dan Malaysia dengan berpusat di
Singapura, pelopor penjajahan Perancis terhadap Indochina (Vietnam, Kamboja,
Laos), dan lain-lain.
Kiprah mereka sebagai
orientalis telah lama diketahui. Bahkan kebanyakan orientalis tersebut adalah
anggota Gerakan Freemasonry. Para orientalis ini memandang agama dari kacamata
sekuler, mencari segi-segi kelemahannya, atau menganggapnya sebagai sebuah
kebudayaan. Kemudian mereka mengarang buku-buku tentang agama yang sebelumnya
telah dikaji untuk kemudian menyelipkan pandangan-pandangan yang salah terhadap
agama Islam.
Disalin Dari Freemasonry Asia Tenggara
Karya Abdullah Patani
Tidak ada komentar: